Wednesday, June 20, 2012

Lulusan Luar Negeri

Siapa sih yang nggak bangga jadi lulusan institusi bagus?

Apalagi bila institusi itu memiliki kredibilitas tinggi dan reputasinya 'susah' semacam Harvard, Oxford, dan lain-lain.

Tapi apa sih arti dari sebuah gelar dari institusi luar negeri?

Menurut saya, itu mencerminkan kecerdasan, ketekunan, dan keberanian. Karena kuliah di luar negeri itu sama sekali tidak mudah, bukan sekedar bayar. Saya sedang mengalami masa sulit untuk diterima di sebuah konservatori di Eropa, dan semakin menjalaninya, semakin besar rasa hormat saya pada para lulusannya. Banyak senior saya yang bukan sekedar lulus, namun sungguh berkarya banyak di Eropa maupun Asia, dengan kualitas yang luar biasa pula.

Lebih spesifik, saya bicara tentang para musisi klasik lulusan universitas atau konservatori Eropa. Di sini para musisi Indonesia harus berjuang setengah mati bersaing dengan orang-orang Eropa dalam musik dan budaya Eropa. Menjadi pelajar saja, harus bersaing dengan ratusan orang lainnya. Setelah berhasil melewati audisi performance, masih ada ujian teori musik, piano wajib, dan wawancara. Pada akhirnya dari ratusanorang, mungkin hanya 5-10 orang yang diterima, tergantung kebijakan. Kemudian, tidak semua orang juga mampu menyelesaikan studinya, karena memang berat.

Kembali pada paradigma lulusan luar negeri, menurut saya pada akhirnya yang penting adalah KUALITAS. Pada akhirnya, di panggung, para musisi yang bersekolah maupun tidak, harus menunjukkan kelas mereka, tahun-tahun latihan tersebut...tidak menjamin yang bersekolah lebih baik dari yang lain, dan sebaliknya.

Maka, sungguh mematahkan hati di saat mendengar kisah orang yang MENGAKU sebagai lulusan institusi luar negeri. Betapa mengejutkan!

Pertama, itu sama saja seperti pemalsuan ijazah. Kebohongan. Membangun reputasi dari sesuatu yang semu. Padahal dunia itu sempit loh! Bukannya tidak mungkin Anda akan bertemu dengan orang yang sungguh lulus dari institusi itu, dan kebohongan Anda terkuak.

Kedua, apa arti gelar palsu Anda, tanpa ilmu yang sungguh ditimba? Bukankah berarti Anda memiliki kekosongan ilmu dan pengetahuan yang harusnya didapatkan di institusi itu? Bila kualitas Anda ternyata tidak sebaik itu, maka Anda akan merendahkan institusi yang Anda pakai namanya...Lalu Anda datang pada sebuah publik yang tidak banyak memiliki akses terhadap perkembangan dunia musik klasik di luar negeri dan meracuni mereka dengan apa yang Anda buat sendiri. Betapa kejamnya.

Ketiga, betapa tidak adilnya pada orang-orang yang sungguh menimba ilmu hingga lulus! Mereka yang sungguh berjuang dalam audisi demi audisi, merasakan pahitnya ditolak, stres mencari tempat, belajar sungguh-sungguh, berjuang dan berlatih...lalu Anda datang dan MENGAKU telah melakukan itu semua.


Begini ya.

Kalau memang Anda berkualitas baik, kenapa juga harus mengaku memiliki sebuah gelar? Kalau memang Anda mampu, orang akan melihat. Kalau memang hanya les di luar negeri, tapi hasilnya baik, kenapa tidak berbangga dan berkarya? Banyak orang yang saya kenal tidak memiliki gelar spesifik, namun luar biasa juga karyanya di dalam dan luar negeri, sungguh terhormat dan membanggakan. Berbanggalah dengan apapun yang Anda capai, karena itu buah keringat Anda. Apa sebegitu langkanya kejujuran, dan sesulit itu untuk hidup dan membangun karir dengan jujur? Apalagi dalam bermusik...

Apalah gunanya talenta dan ilmu kalau bukan untuk berbagi?
Lalu apa yang berguna dari berbagi kebohongan?

Sungguh, saya masih berharap bahwa ini sekedar kesalahpahaman. Sama seperti halnya saya yang masih mencari tempat, tapi disangka sudah bersekolah. Semoga kebohongan bukan menjadi niatan...dan tidak diteruskan dengan kebohongan lain...

AMIN.