Thursday, December 30, 2010

Partner = Part, not All of Your Life

Puji Tuhan, saya belum pernah mengalami kekerasan dalam hubungan. Tekanan ringan, pada umumnya. Tapi saya banyak melihat prilaku abusif dalam hubungan teman2 saya yang relatif muda (20-25 tahun), dan saya banyak merasa khawatir.

Belakangan ini saya suka menonton video klip "I Love The Way You Lie" (Rihanna&Eminem). Saya pun langsung mengingat teman2 saya yang, menurut saya, di-abuse oleh pasangannya secara fisik maupun mental. Hal yang paling sulit dari fenomena ini bukanlah kekerasan yg berlangsung, tapi pengakuan dari si korban.

Contoh pertama, teman saya, perempuan, calon dokter, dulu paling anti tergantung pada laki-laki. Suatu hari ia memiliki pasangan yg luar biasa posesif, contohnya tidak memperbolehkan teman saya memegang handphonenya sendiri, menghitung pulsa yg dipakai teman saya (bila berhubungan dgn org lain, termasuk dengan teman2 wanitanya juga), marah bila teman saya ini dihubungi orang lain. Bahkan kadang ibu teman saya ini pun tidak bisa menghubungi anaknya.

Contoh kedua, teman saya, perempuan, psikolog, independen, memiliki pasangan yang tidak suka teman saya memiliki kegiatan di hari sabtu dan minggu, karena menurutnya itu harus menjadi hari berduaan, sementara teman saya ini juga adalah penyanyi, yg notabene bekerja dan berlatih saat akhir minggu. Mereka bisa bertengkar di depan umum, di telpon hingga pagi, dan teman saya ini bisa membatalkan pekerjaannya hanya karena pasangannya menyuruh tanpa alasan.

Contoh ketiga, teman saya, laki-laki, memiliki pasangan yg luar biasa kecurigaannya. Teman saya ini juga penyanyi dan sering berkutat dengan industri musik yang secara waktu sering mulur dan tidak teratur. Pasangannya yg merasa tahu dunia profesional pun tidak menyukainya, dan menyuruhnya berhenti, lalu mempermasalahkan dunia kerjanya. Semua yg dilakukan teman saya dianggap salah, selalu salah, dan sedikit saja tidak dibalas smsnya menganggap teman saya selingkuh.

KENAPA SIH KALIAN MASIH MAU PACARAN SAMA ORANG MACEM BEGITU???

Oke, saya pun berusaha cari tahu.
Dari jawaban mereka, cuma ada satu garis merah.

KALAU LAGI BAIK, DIA BAIK SEKALI.
Romantis.
Mau melakukan apapun untuk saya.
Mencintai saya.

.................................
Kadang saya ingin berteriak,
pada nonton ADA APA DENGAN CINTA nggak sih?
Semua pelaku tindakan abusif terhadap pasangan itu bisa sujud menyembah dan menangis setelah melakukan kekerasan, minta maaf, memberi hadiah, tapi apa berhenti?
NGGAK!!!

Apa kalian pikir tindakan marah berlebihan, kecurigaan yg tidak masuk akal, semua itu membuktikan bahwa dia cinta setengah mati dan tidak akan pergi?
Oke, itu satu kemungkinan.
Kemungkinan lain?
DIA SAKIT JIWA!!! COME ON!!!

Contoh berikutnya, teman saya sudah pacaran 6 tahun dgn lelaki posesif luar biasa. Teman saya tak jarang menyakiti dirinya sendiri saat bertengkar, dan pacarnya membiarkannya. Pacarnya ini menjanjikan akan menikahinya pada suatu waktu, namun tiba2 pacarnya itu pergi menghilang, dan tiba2 telah menikah dengan wanita lain.

Memang, seru rasanya bertengkar habis2an bertolak dari rasa sayang.
TAPI SEBATAS APA?
Kalau sampai mengganggu aktivitas, mengganggu pekerjaan, mengganggu keluarga, apa harus dipertahankan?

CINTA ITU BUTA, TAPI ANDA KAN PUNYA MATA!!!

Cinta, bila memang cinta sebenar-benarnya, harusnya membuat kita jadi orang yang lebih baik. Bukan menjadi orang yang penuh ketakutan! Ya, tentu saja saat memiliki pasangan, kita harus lebih aware terhadap komitmen, ada keterbatasan tertentu, tapi kita cuma dimiliki utuh oleh Tuhan, bukan pasangan.

Pasangan abusif akan memisahkan Anda dari orang-orang terdekat. Jaga hubungan dengan mereka yang mengenal Anda sebelum ‘dia’. Dan jika mereka mulai berkata, ‘kami mengkhawatirkan kamu’, mulailah berintrospeksi. Mungkin ada yang tidak sehat dalam hubungan Anda.
Ingat. Saat hubungan itu mulai mengganggu, pikir ulang,
ini karena CINTA, apa karena dia SAKIT JIWA?

Sunday, December 19, 2010

Bebek Aja Bisa Ngantri!

Mengantri.

Saya benar-benar nggak habis pikir bila ada orang dewasa yang tidak bisa mengantri.
Sesulit apa sih mengantri?

Kemarin saya sedang mengantri taksi di sebuah mall terkemuka di Jakarta, yang diakui sebagai mall utk strata A, alias elit. Seorang ibu-ibu yang terlihat berpendidikan menyelak saya.
Iya, menyelak.
Menyerobot.
Menyeruak.

Saya punya beberapa pilihan yang terbersit dalam benak saya kemarin:
1. Berteriak di telinganya bahwa saya juga sedang antri
2. Memanggil satpam dan mengatakan bahwa si ibu tersebut menyerobot
3. Mendorongnya jatuh sambil pura2 tidak tahu apa-apa

Akhirnya setelah melakukan meditasi singkat (lebay), saya pun bertanya,
"Ibu ngantri?"
"Iya."
"Saya juga Bu, dari tadi."

Ia diam saja dan tetap mengantri di depan saya.
Selama 20 menit mengantri, saya mengantri kira2 1 sentimeter di belakangnya (kepala saya ada di atas pundaknya), dan menelpon teman saya dan berkata, "Oke, tunggu ya lagi antri taksi, maklum ada juga orang yang NGGAK BISA NGANTRI!" --> kata2 yg berhuruf kapital disebutkan dengan volume kira2 10x lipat.

Bukan hanya sekali ini, saya pernah bertengkar berkali2 hanya karena antrian. Biasanya bila di counter makan, saya hanya akan bertanya pada Kasir,
"Mbak, ini ngantrinya dari kiri, kanan, depan, belakang, atas atau bawah? Bener saya ngantri dari sini? Atau dia yang bener?"
Biasanya Kasir akan minta maaf dan orang yang menyelak akan tahu diri.
Tapi jangan sedih! Pernah sekali ada perempuan yang malah bersikap galak,
"Ya udah sih duluan aja!"
Bisa dibayangkan apa yang terjadi selanjutnya.
Dalam situasi seperti ini, saya tidak pernah mau kalah.
Dan saya tidak kalah.
Pokoknya singkat cerita, dia mendapat pelajarannya.
Detailnya disensor aja, kadang terlalu jahat.

Bukankah sejak kecil, di sekolah manapun, kita diajarkan yang namanya BARIS-BERBARIS?
Bukankah antri adalah suatu hal yang paling wajar yang bisa kita lakukan sebagai orang dewasa yang terdidik?
Di halte busway, di food court, di antrian taksi, kenapa sih selalu ada orang yang suka MENYEROBOT?

Saya hanya akan mendahulukan antrian bagi ibu hamil dan orang cacat.
Bukan berarti karena Anda capek, lalu Anda boleh menyerobot antrian seperti orang tolol yang tidak punya etika. Bukan berarti karena saya muda, lalu saya selalu harus memaklumi ketidakteraturan yang dilakukan orang yang lebih tua.

EGOIS!
Itu satu-satunya alasan mengapa orang menyerobot.
Semua orang terburu-buru.
Semua orang ingin cepat.
Semua orang lelah.
Ketidakmauan untuk menghargai juga tenaga dan waktu orang lain itu egois!
Cuma itu! Nggak ribet, nggak pandang harta atau pendidikan!

Beneran deh,
BEBEK AJA BISA NGANTRI!