Sunday, September 27, 2015

Teach your daughters to dress properly, but also teach your sons to think properly

Saya lama menahan diri untuk tidak menulis mengenai hal ini hanya karena saya takut terlalu terbawa emosi; tapi berhubung sepertinya menulis adalah terapi anger management yang cukup baik; here we go.

I cannot stand being told what to wear - and judged for it - by men. In Indonesia.
Like, clean up your mind, people!

Sungguh berulang kali darah menggelegak di saat ada berita perkosaan atau pelecehan seksual, lalu komentar lelaki adalah; "Makanya tuh, pakai baju yang tertutup."

You know what I think?

I think we have spent decades telling our daughters how to dress and never to our sons how to respect and protect women.

Jangan salah, saya pun sadar pentingnya berpakaian dengan baik dan proper; bukan karena saya takut terhadap ancaman lelaki; namun karena saya belajar menghargai tubuh saya sendiri. Belasan tahun di sekolah Katolik yang konservatif menanamkan bahwa tubuh ini adalah hal yang suci. Maka perlu dirawat, dijaga, dan dilindungi. I don't even wear short pants because I am not comfortable with it.

Tapi saya pun merasakan ketakutan saat berjalan di tempat umum, karena saya memiliki lekuk tubuh perempuan. Tak jarang saya mengenakan pakaian tertutup lengkap dengan jaket yang sama sekali tidak ketat, dan tetap mengalami pelecehan seksual secara verbal.

So I think, the problem is not in the way women dress. It is in the way the men think.


I hate to compare; but what the hell, never once I got a sexually abusive comment for dressing up here in Vienna. Women wear tank-tops, short-pants, and not only they are safe from abusive comments, they even have the right to call police if they got one (and the police WILL help the women who feel abused). And it is not because the women are not sexy enough; it is because the men are taught to respect. Bahkan pandangan mata abusive (seperti melihat dari ujung kepala sampai ujung kaki, yang sering dilakukan lelaki di Indonesia) pun jarang saya temukan.

Lebih kesal lagi, adalah ketika melihat gaya berpakaian perempuan di sini (Eropa), lalu lelaki Indonesia menghakimi dengan berkata bahwa perempuan Eropa itu terlalu terbuka, tidak proper, tidak pantas, dllsb yang intinya tidak baik. Padahal, mereka berpakaian demikian karena mereka ingin dan berhak melakukannya! Anda, sebagai lelaki, tidak punya hak untuk mengaturnya, menghakiminya, apalagi melecehkannya.

What I am saying is; first, of course we should tell our daughters to respect their own bodies. Di mana-mana mau di Barat Timur Utara Baratdaya juga orang yang telanjang jalan-jalan itu aneh (!). Tentunya ada norma yang layak untuk diikuti, dan wanita selayaknya memahami hal itu sebagai bentuk cinta dan penghargaan terhadap dirinya sendiri.

But, we have to really teach our sons to respect women. Untuk tidak menghakimi berdasarkan pakaian. Untuk menghargai mereka dan tidak melecehkan. Untuk tidak memandang wanita sebagai objek yang bisa diatur sesukanya. Untuk tidak berpikir sembarangan dan bertindak sembarangan pada wanita. (oh dear, I really hope not all men are like that)

Just stop it. We are all humans, aren't we?


#weeklyrants #letmegetitout #angermanagement

Tuesday, September 1, 2015

Punya Tujuan

Banyak orang bilang -setiap kali saya mengemukakan suatu ide- "Wah, sulit."

Mengingat saya bergerak di bidang seni yang 'hidup' dan tidak stagnan, saya sering merasa gemas alias greget mendengar hal semacam ini.

Kenapa?

Karena percayalah, lebih sulit jika hidup itu nggak punya ide.

Melihat sedikit ke belakang (jangan banyak-banyak, kan katanya lebih baik lihat ke depan), momen-momen terburuk dalam hidup saya (seperti yang saya alami baru-baru ini) adalah ketika saya tidak tahu apa yang ingin saya lakukan alias nggak punya tujuan.

Pilihannya jadi antara melakukan apa yang disuruh, atau tidak melakukan apa-apa. Kalau sebentar sih nggak papa, tapi kalau selamanya?


The thing is,

Hidup ini keras, Bung.


Kayak menempuh jalanan Jakarta yang macet, berdebu, banyak orang yang nyerobot, lebih banyak yang nyolot (#curcol). Kalo kita nggak punya tujuan, ngapain jalanan kayak begitu ditempuh?

Kalo kita ga punya tujuan, buat apa mengatasi segala rintangan, nggak tahu pula sampainya butuh berapa lama...

Ya memang, kadang tujuan pun jadi harus berubah kalo hambatannya udah fatal semacam banjir, jembatan roboh, bumi terbelah...well you know what I mean. :p

Tapi saat tujuan akhir itu jelas, mau jalanan kayak apa juga kita pasti bisa jalani. Seringkali harus muter-muter. Kadang harus berhenti dulu untuk istirahat. Sesekali harus minta bantuan orang untuk tanya jalan. Nggak jarang harus diingatkan. Kadang bahkan harus ganti transportasi!


Tujuan - yang kasih semangat saat langkah terasa berat.

Tujuan - yang kasih energi saat ditolak sana-sini.

Tujuan - yang membuat kita bisa memaknai setiap perjalanan.


Kadang tujuan itu berupa suatu pencapaian. Atau suatu pengabdian. Atau suatu keadaan. Atau suatu benda. Atau suatu kondisi jiwa. Atau suatu tempat. Atau suatu sosok.

But you have to have something to get you through.

And when you have found it, yes, believe that the Universe will conspire to help you.

Semangat! :)


#athoughttoremember
#getthrough #motivasiulang