Friday, October 23, 2015

Mereka Yang Tidak Kembali

Agak tergelitik dengan ucapan "Balik ke Indonesia, bangun negara."

Sebagai mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di negara lain, saya ga jarang mendengar ucapan tersebut, dan tak jarang disertai dengan keprihatinan bahwa banyak orang Indonesia yang brilian yang memutuskan untuk bekerja di luar negeri, bahkan berganti kewarganegaraan dan menetap di negara lain.

Sayang? Mungkin.
Kalau kita berpikir bahwa bangsa harus selalu dibangun dari dalam.
Kalau kita berpikir bahwa nama Indonesia harus selalu diharumkan oleh kelompok bangsa yang berdiam di alam Indonesia.
Kalau kita berpikir bahwa mereka yang tidak berada di Indonesia tidak juga mencintai Indonesia.

Beberapa bulan yang lalu pintu apartemen saya diketuk seorang tetangga (orang Austria) yang memberikan sebotol wine (sebagai kompensasi renovasi yang menimbulkan keributan), dan saat ia bertanya darimana saya berasal, dia segera tersenyum lebar dan mengatakan bahwa dia mengenal Indonesia cukup baik. Dari mana? Karena ia pernah memiliki kolega orang Indonesia, hubungannya baik, bahkan dia memiliki sebuah buku mengenai demokrasi di Indonesia sebagai hadiah.

Now, think about it for a minute.


Whatever you do, wherever you do it, of course it will be affiliated with things that you are. Memang kadang rasanya nggak adil, saat ada orang Indonesia yang melakukan sesuatu yang tidak baik, lalu semua orang Indonesia terkena getahnya; tapi satu perbuatan baik yang kita lakukan sebagai orang Indonesia pun bisa memberi efek bagi nama bangsa.

Banyak orang Indonesia yang saya kenal telah menetap puluhan tahun sebagai warga negara bangsa lain, tidak melupakan ke-Indonesia-annya. Mereka bergaul dengan orang berbagai bangsa lain dan berprestasi secara perorangan, dan mendapatkan rasa hormat dari teman dan koleganya. Apakah orang-orang ini lalu layak dikatakan tidak mengharumkan nama bangsa?

Some people go home, some people build their homes somewhere else.
I don't think we should mind.


If they're happy with their lives, go support them.
Kenapa kebaikan dan kesuksesan harus dibatasi oleh kenegaraan? Kalau seseorang bisa hidup baik, sukses, dan bahagia di negara lain, mengapa tidak? Bukankah mereka justru ikut menjadi duta bangsa, membuka pandangan orang lain mengenai Indonesia? Kalau mereka bisa berbagi kebaikan dan kebahagiaan pada orang lain dan tidak eksklusif pada orang Indonesia saja, bukankah hal itu juga baik?

Jangan sampai kita malah menghakimi mereka sebagai orang-orang yang tidak peduli pada bangsa, menolak atau menyangkal keberadaan dan akar mereka. Tentunya, jangan sampai juga mereka juga merasa dihakimi dan ditolak oleh bangsanya sendiri.

Pada akhirnya, bukankah yang penting adalah kita sebagai manusia? :)


0 comments:

Post a Comment