Sunday, September 5, 2010

Bandara Internasional Soekarno-Hatta

Saya berharap, paling tidak bandara ini mau sedikit lebih menghargai namanya.
Sebagai penggemar Bung Karno, saya sungguh berat hati merelakan bandara ini dinamakan atas nama beliau, mengingat kekacauan yang selalu terjadi di dalamnya.

Oke, mau dimulai dari mana?

1. Interior yang usang
Bandara tercinta itu rasanya tidak perlu juga harus ditata sedemikian internasional, dan sebetulnya desain dan warnanya cukup unik. Tapi jelas terlihat semua tidak dirawat dengan seksama, warnanya kusam, lantai kotor, kamar mandi jorok, dan tentunya langit-langit yang luar biasa pendek. Bahkan untuk saya, yang juga pendek. Jangan lupa, panasnya juga tidak masuk akal. Wajar kan, kalau di bandara internasional harusnya disediakan AC yang memadai?

2. Bagian imigrasi yang terlalu minim
Setiap kali saya masuk ke bagian imigrasi dari luar negeri, antrian yang terjadi selalu berlebihan. Sungguh-sungguh berlebihan, setiap baris bisa mencapai 150-200 orang. Belum lagi saya harus berbaku hantam dulu dengan para TKI yang mayoritas kurang berpendidikan dan beretika, yang suka seenaknya menyelak. Katanya ada counter khusus TKI, tapi sia-sia saja tuh. Saya tetap harus bersitegang dengan para 'pahlawan devisa' itu.

3. Rel bagasi yang kurang memadai
Selalu antri berlebihan, selalu berisik, selalu dipenuhi juga oleh porter-porter yang jumlahnya agak berlebihan.

4. Bagian cek barang sebelum keluar
Selain terkesan asal-asalan, para petugasnya juga tidak tanggap terhadap aksi menyelak atau orang yg kesulitan membawa barang (contohnya saya). Suatu hari saya bahkan diselak serombongan orang yang baru pulang umroh, dan ternyata mereka TIDAK DIPERIKSA SAMA SEKALI. Saya tahu menunaikan ibadah haji adalah hal yang mulia, namun keistimewaan tersebut tidak membuat saya senang. Menurut saya, semua penumpang selayaknya diperiksa. Toh kalau memang tidak ada apa2, pemeriksaan akan berlangsung cepat. Saya berhak untuk merasa aman dong! Presiden sekalipun harusnya diperiksa dengan cermat! Dan orang-orang yang mendapat keistimewaan ini pun seringkali bersikap tidak mengenakkan. Saya sempat benar-benar bertengkar dengan seorang bapak-bapak yang menabrak saya dengan troli, dan tidak meminta maaf, dan menyelak. Sungguh tidak terdidik dan memalukan, padahal baru pulang dari menunaikan ibadah haji.

5. Taksi yang terlalu merepotkan
Pada intinya, saya tahu mau naik taksi apa. Blue Bird, Gamya, atau Express. Selain saya harus bersusah payah mencari pos mereka, saya juga harus mengusir para sales taksi lain.


Sungguh memalukan, punya bandara INTERNASIONAL semacam ini.
Atas nama Soekarno-Hatta, lagi.

Dengan fasilitas dan aturan yang jelas saja, orang Indonesia yang di bandara sering melakukan hal-hal yang tidak sopan, tidak terdidik, dan kadang-kadang tolol. Apalagi dengan kelonggaran dan kebobrokan?

*dan memang banyak juga orang tolol di bandara kok, tidak terhitung yang tidak sopan...jadi ini cerminan kebobrokan apa? Bandara atau bangsa?*

2 comments:

Martina said...

Emang dekil banget tuh bandara. Gw mau makan juga ga napsu, asap rokok seliweran di mana2.

diz said...

Parkirnya juga,met..! Susah masuk,susah keluar, susah berhenti..ckckck

Post a Comment